الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِالْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ،
قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ
الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللّٰهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Hadlirin Rahimakumullah...
Marilah kita selalu bertakwa kepada Allah....
Hadlirin Rahimakumullah..
Setiap tanggal 17 Agustus,
seluruh rakyat Indonesia larut dalam euforia perayaan Hari Kemerdekaan. Bendera
Merah Putih berkibar di setiap sudut pelosok negeri, lantunan lagu kebangsaan
bergema di seluruh Nusantara. Kemerdekaan adalah nikmat tak ternilai harganya.
Sebuah hasil dari perjuangan para pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raga demi
membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan. Kita sebagai generasi penerus yang
merasakan nikmat kemerdekaan ini wajib berterima kasih atas jasa para pahlawan
yang telah mengorbankan jiwa raga demi kemeredekaan Indonesia. Dan yang paling utama
adalah rasa syukur kita tujukan kepada Allah SWT., karena kalau bukan
atas izin dan kuasa-Nya, nikmat kemerdekaan ini tidak kan pernah kita rasakan.
Rasa Syukur bisa kita
ekspresikan dalam berbagai bentuk, mengucap Alhamdulillah, bersujud
syukur, adalah diantara contohnya. Terkait momentum perayaan kemerdekaan,
biasanya rasa syukur biasa kita ekspresikan dalam berbagai kegiatan yang
menggembirakan, mulai dari selamatan, makan-makan bersama, mengadakan
lomba-lomba dan juga menggelar berbagai panggung hiburan.
Namun, Ekspresi
syukur yang sejati seharusnya tidak hanya terbatas pada euforia sesaat, tetapi
juga tercermin dalam sikap, perbuatan, dan tanggung jawab kita sebagai warga
negara.
Hadlirin Rahimakumullah...
Ekspresi rasa syukur yang sejati diantaranya adalah sebagai berikut :
Mengenang Jasa Pahlawan: Rasa syukur yang paling mendasar adalah dengan tidak melupakan sejarah. Menghargai perjuangan pahlawan dengan mendo’akan mereka semoga perjuangannya diterima oleh Allah, untuk selanjutnya meneladani semangat mereka. Semangat pantang menyerah, rela berkorban, dan cinta tanah air harus terus dihidupkan dalam diri kita.
Menjaga Persatuan dan Kesatuan: Kemerdekaan diraih berkat persatuan dari berbagai suku, agama, dan golongan. Merayakan kemerdekaan adalah dengan terus merawat kebhinekaan. Menghindari perpecahan, intoleransi, dan konflik adalah wujud nyata dari rasa syukur kita atas persatuan yang telah diwariskan.
Mengisi Kemerdekaan dengan Prestasi: Para pahlawan telah membebaskan kita dari penjajahan fisik. Tugas kita sekarang adalah membebaskan bangsa dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan. Bekerja keras, belajar dengan tekun, berinovasi, dan berkontribusi positif bagi bangsa adalah cara terbaik untuk mengisi kemerdekaan. Ini adalah bentuk syukur yang paling produktif dan mencerminkan rasa syukur yang sebenarnya.
Hadlirin Rahimakumullah...
Ekspresi rasa syukur
sebagaimana tersebut diatas tentunya sudah sesuai dengan tuntunan agama, yaitu
dengan melakasanakan hal-hal yang positif yang bermanfaat bagi diri sendiri
ataupun untuk orang lain. Sebagaimana ucapan Nabi Sulaiman yang tertulis dalam
al qur’an ketika beliau mendapat nikmat, yaitu…
رَبِّ
أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ
وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي
عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
"Ya Tuhanku,
anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku mengerjakan
amal shalih yang Engkau ridhai. Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang shalih."
Ayat tersebut adalah
bagian dari doa Nabi Sulaiman a.s. yang terdapat dalam Al-Qur'an, surat An-Naml
ayat 19.
Dalam ayat ini jelas bahwa
syukur atas kenikmatan yang sejati adalah dengan berterima kasih, kemudian
melakukan amal sholih yang diridloi oleh Allah dan berharap dikumpulkan dalam
golongan orang-orang sholih.
Hadlirin Rahimakumullah...
Sayangnya, di sisi lain, kita juga sering mendapati perayaan kemerdekaan yang diekspresikan dengan cara yang kurang tepat, bahkan ada yang melenceng jauh dari makna syukur itu sendiri.
Contohya adalah beberapa lomba yang dilaksanakan hanya sebatas untuk menghibur diri dengan mentertawakan aksi orang lain yang seringkali merendahkan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cepat-cepatan makan kerupuk yang dilakukan sambil berdiri. Atau juga banyak-banyakan makan makanan tertentu yang melebihi porsi normal manusia. Kedua jenis lomba tersebut tentu tidak sesuai dengan tuntunan adab makan dalam agama kita. Islam mengajarkan etika makan diantaranya tidak tergesa-gesa apalagi adu cepat, tidak juga sambil berdiri dan kita disuruh makan secukupnya sesuai porsi masing-masing. Tidak diperbolehkan makan secara berlebihan. Makan dengan tangan kanan, tidak langsung dengan mulut.
Berikutnya adalah lomba atau permainan dengan memakai kostum yang tidak sesuai dengan jenis kelamin, dimana laki-laki memakai daster yang mana itu adalah pakaian wanita. Ini juga tidak sesuai dengan norma agama, karena nabi Muhammad SAW. dengan tegas melarang laki-laki yang berpenampilan seperti wanita dan begitu juga sebaliknya. Yang demikian adalah perbuatan yang kurang tepat sebagai ekspresi syukur.
Kemudian, panggung-panggung hiburan yang menampilkan aurat wanita yang bisa memancing syahwat lelaki, yang tidak jarang juga dijadikan tempat pesta minuman keras, narkoba, perjudian, dan terkadang pula menimbulkan kericuhan sampai berujung tawuran. Ini jelas bukanlah bagian dari ekspresi syukur atas nikmat kemerdekaan, tapi justru sebaliknya, yaitu kufur terhadap nikmat dari Allah SWT. karena nyata-nyata melakukan sesuatu yang tidak diridhoi oleh yang telah memberi nikmat.
Allah telah dengan tegas
berfirman di dalam Al qur’an :
وَإِذْ
تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ
إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah)
ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.'"
Dari ayat tersebut menjadi
jelas rumusnya bahwa jika kita ingin mempertahankan kenikmatan atau bahkan
meningkatkan nikmat yang kita rasakan, kuncinya adalah dengan bersyukur yang
sebenar-benarnya syukur. Namun sebaliknya jika kita kufur, maka Allah mengancam
kita dengan azab yang sangat pedih. Jika ingin tetap merdeka dan berjaya maka pandai-pandailah mensyukuri segala nikmatya. Jangan sampai kita mempunyai prilaku yang menantang kuasa-Nya.
Hadlirin Rahimakumullah...
Merayakan Hari Kemerdekaan
adalah hak setiap warga negara, tetapi penting untuk selalu menempatkannya
dalam konteks yang sesuai dengan tuntunan agama kita. Kemerdekaan adalah anugerah
yang harus disyukuri, bukan sekadar dirayakan dengan bereuforia tanpa arti.
Mari kita rayakan hari
kemerdekaan dengan berbagai lomba yang mengasah ketrampilan, ketangkasan,
maupun adu cepat yang sesuai dengan tuntunan agama kita. Begitu juga
ketika menggelar hiburan, tetap dalam koridor aturan syariat dan menghormati
norma-norma yang berlaku di masyarakat setempat.
Mari jadikan setiap perayaan 17 Agustus sebagai momentum untuk kembali merenungkan, meneladani, dan berkomitmen untuk menjadi warga negara yang lebih baik. Jauhkan diri dari perayaan yang hanya berujung pada hura-hura tanpa makna.
Selamat merayakan hari
kemerdekaan Indonesia yang ke - 80.
Semoga Indonesia kita selalu aman, tentram, damai dan sejahtera dalam lindungan Allah SWT. Aamiin
بارَكَ
اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ
بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. اَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا،
وَاَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللّٰهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
فَقَدْ قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ
بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْر إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّن وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر
