Ticker

6/recent/ticker-posts

Khutbah Jum'at: Ketegasan dan Kesederhanaan dalam Kepemimpinan Islam





Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِالِلّٰهِ مِن شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا¸ مَنْ يَهْدِه اللّٰهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ الِلّٰهِ¸ أُوْصِيْنِيِ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ¸ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللّٰهُ الْعَظِيمْ

Hadirin jamaah Jum'at yang dirahmati Allah,

Segala puji hanya milik Allah SWT, Rabb semesta alam, yang telah melimpahkan nikmat iman dan Islam kepada kita. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sebagai umat Islam, kita patut bersyukur memiliki teladan terbaik dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam urusan kepemimpinan. Sejarah peradaban Islam mencatat model-model pemimpin yang luar biasa, yang berhasil menegakkan keadilan dan membangun peradaban gemilang dengan mencontoh dua pilar utama: ketegasan dan kesederhanaan. Dua sifat ini bukanlah sekadar karakter personal, melainkan prinsip fundamental yang dicontohkan secara sempurna oleh Rasulullah SAW dan dilanjutkan oleh para pemimpin setelahnya, seperti Umar bin Abdul Aziz.

Nabi Muhammad SAW adalah arsitek model kepemimpinan profetik. Ketegasannya terpancar dalam menegakkan kebenaran, menolak kebatilan, dan membela hak-hak kaum lemah. Namun, ketegasan beliau selalu beriringan dengan kesederhanaan yang luar biasa. Beliau tidak terpengaruh oleh kekuasaan dan kemewahan dunia, bahkan hidup layaknya rakyat biasa, menambal bajunya sendiri, dan memperbaiki sandalnya.

Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk tidak berlaku adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ma'idah: 8)

Ayat ini menegaskan bahwa ketegasan harus didasari oleh prinsip keadilan Ilahi, bukan emosi atau kepentingan pribadi. Begitu pula dengan kesederhanaan, seperti yang digambarkan dalam hadits Aisyah RA:

كَانَ يَخِيطُ ثَوْبَهُ، وَيَخْصِفُ نَعْلَهُ، وَيَعْمَلُ مَا يَعْمَلُ الرِّجَالُ فِي بُيُوتِهِمْ

Artinya: "Beliau (Rasulullah SAW) menjahit pakaiannya, memperbaiki sandalnya, dan mengerjakan apa yang dikerjakan kaum laki-laki di rumah mereka." (HR. Tirmidzi)

Hadirin jamaah Jum'at yang dimuliakan Allah,

Umar bin Abdul Aziz adalah cerminan sempurna dari model kepemimpinan ini. Beliau dikenal sebagai Khalifah Kelima karena keberhasilannya menghidupkan kembali semangat kepemimpinan Rasulullah. Ketegasannya dalam memberantas korupsi, bahkan di kalangan keluarganya sendiri, sungguh patut diteladani. Beliau juga menolak segala fasilitas mewah dan hidup dalam kesederhanaan, memberikan teladan nyata bahwa seorang pemimpin harus mengutamakan rakyatnya di atas segalanya. Model kepemimpinan ini sangat relevan bagi para pemimpin kita hari ini, khususnya di Indonesia. 

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah 

Saat ini, negara kita tercinta mengalami krisis kepemimpinan. Para pemimpin seringkali terjebak dalam kepentingan politik, keserakahan, dan gaya hidup mewah yang menjauhkan mereka dari rakyat. Parahnya lagi hampir setiap hari muncul berita tentang korupsi yang dilakukan para pejabat negeri ini yang sebenarnya sudah digaji dengan standar hidup yang sangat tinggi. Gaji yang sangat besar, tidak pernah telat walaupun sehari ditambah fasilitas-fasilitas yang serba lengkap dan mewah. Ternyata itu semua tidak menjadikan kinerjanya menjadi lebih baik, tapi justru malah tingkat korupsinya semakin besar. Rasa keadilanpun semakin hari semakin sulit untuk dirasakan. Para pemimpin hanya sibuk dengan kepentingannya sendiri, keluarganya, kelompoknya, partainya dan kroni-kroninya. 

Jika hal demikian dibiarkan terus terjadi, maka selamanya tidak akan ada perubahan yang lebih baik yang akan dialami oleh bangsa ini, tapi justru sebaliknya, bangsa ini akan semakin terpuruk dalam kegelapan karena sikap para pemimpinnya yang tidak mengenal ketegasan, keadilan dan kesederhanaan.

Oleh karena itu, untuk para pemangku pemerintahan di Indonesia, model kepemimpinan profetik yang telah dipraktekkan oleh Nabi Muhammad dan para Sahabat, terutama Umar bin Abdul Aziz bisa menjadi solusi untuk perbaikan negeri ini. Prinsip dari kepemimpinan ini adalah :

​Berpihak pada Rakyat:
Banyak kebijakan yang seharusnya pro-rakyat, namun dalam pelaksanaannya sering dikuasai oleh segelintir elite. Para pemimpin harus berani bersikap tegas untuk memastikan setiap kebijakan, dari pembangunan infrastruktur hingga bantuan sosial, benar-benar terlaksana dengan semestinya dan sampai kepada yang berhak.

​Transparansi dan Akuntabilitas:
Mencontoh Umar bin Abdul Aziz, para pemimpin harus transparan dalam pengelolaan anggaran dan kekayaan. Kebijakan publik harus dapat diakses dan diawasi oleh masyarakat, meminimalisir peluang korupsi dan penyalahgunaan wewenang.

​Hidup Sederhana dan Merakyat:
Para pejabat dan pemimpin negara perlu kembali pada gaya hidup yang sederhana. Hindari penggunaan fasilitas negara yang berlebihan untuk kepentingan pribadi. Turun langsung ke lapangan, dengarkan keluhan rakyat, dan rasakan denyut nadi kehidupan mereka. Ini akan membangun empati sehingga para pejabat bisa merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat.

​Tegakkan Hukum Tanpa Pandang Bulu:
Ketegasan dalam penegakan hukum adalah kunci. Tidak ada tempat bagi korupsi dan ketidakadilan, siapa pun pelakunya. Para pemimpin harus menjadi garda terdepan dalam memastikan bahwa hukum berlaku sama bagi semua, baik rakyat jelata maupun para elite. Berikan hukuman yang lebih berat terutama kepada para pejabat negara. Tirulah ketegasan Cina dalam pemberantasan korupsi. Berikan efek jera yang menakutkan sehingga tidak ada lagi yang nekat melakukan kejahatan.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah 
​Kepemimpinan bukan tentang popularitas atau kekayaan, melainkan tentang pelayanan dan pengorbanan. Nabi Muhammad SAW dan Umar bin Abdul Aziz telah membuktikan bahwa ketegasan dalam menegakkan kebenaran dan kesederhanaan dalam kehidupan adalah formula abadi untuk menciptakan kepemimpinan yang adil dan dicintai rakyat.

​Di tengah tantangan global dan domestik, para pemimpin di Indonesia memiliki kesempatan emas untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur ini. Dengan meneladani ketegasan yang didasari keadilan dan kesederhanaan yang membumi, mereka dapat mengembalikan marwah kepemimpinan dan membangun bangsa yang lebih sejahtera, adil, dan berakhlak mulia.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، ونفعني

 وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آلايَات وَالذِكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم 

 

Khutbah II

 

 اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار